Infeksi Neonatus
Wawasan Kehamilan - Angka kejadian sepsis neonaturum di Indonesia masih tinggi dan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kematian neonatus. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 20 bayi per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup per tahun 5.000.000 maka akan terjadi kematian bayi sebanyak 246 bayi setiap harinya. Neonatus atau bayi rentan terjadi infeksi dikarenakan kulit dan selaput lendir masih tipis dan mudah rusak, sistem imun belum berfungsi secara efisien, adanya prosedur tindakan, penggunaan antibiotika yang tidak tepat.
Definisi dari infeksi tersebut adalah respon tubuh terhadap invasi mikroorganisme baik virus, bakteri, protozoa maupu jamur yang dapat mengakibatkan gejala klinis infeksi. Sedangkan sepsis neonaturum adalah adanya infeksi bakteri dalam darah pada bayi sampai usia 28 hari, atau terjadinya sindrom yang dikarakteristikkan oleh tanda – tanda klinis infeksi yang parah dan dapat berkembang ke arah septika dan syok septik.
Faktor risiko terjadinya infeksi pada neonatus ada 2 faktor, yaitu dari Ibu dan Bayi. Pada ibu dapat mengakibatkan terjadinya infeksi pada neonatus karena adanya perdarahan, prolonged rupture of membranes lebih dari 12 – 18 jam, terjadinya infeksi pada uterus atau pada plasenta, terjadinya ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu, terjadinya proses kelahiran yang lama da sulit. Sedangkan pada bayi dapat terjadi karena bayi lahir prematur, multiple gestation, berat bayi lahir rendah, terjadinya asfiksia, prosedur invasive seperti intubasi dan kateter umbilikal.
Tanda – tanda Klinis Terjadinya Infeksi
Pada sistem susunan saraf pusat : terjadi letargi / iritabel, apneu, demam (suhu normal bayi 36˚C - 37˚C), reflek moro menurun, terjadi kejang dan gerak spontan kurang.
Pada sistem pernapasan : terjadi takipneu yaitu respirasi lebih dari 60x / menit, grunting, napas cuping hidung dan apneu.
Pada sistem gastrointestinal : terjadi muntah, residu lambung meningkat, terjadi diare, hematochezia dan terjadi kembung.
Pada kulit : phetecia, pustulosis, warna kuning pada kulit, oedema, motled dan pucat.
Pada sistem sirkulasi : bradikardi lebih dari 100 x / menit, takikardi krang dari 180 x / menit, hipotensi, sianosis dan perfusi menurun.
Pada sistem sirkulasi : bradikardi lebih dari 100 x / menit, takikardi krang dari 180 x / menit, hipotensi, sianosis dan perfusi menurun.
Pencegahan infeksi pada neonatus
untuk mencegah terjadinya infeksi pada neonatus sebaiknya pihak Rumah Sakit melakukan adanya kebujakan penggunaan antibiotik, kebijakan prosedur invasive, dan melakuka kontrol infeksi pada :
• Paramedis
- Lakukan cuci tangan 3 menit ketika masuk ruangan, 10 detik sebelum dan sesudah periksa pasien, lepas semua assesoris di tangan.
- Penggunaan sarung tangan yang dapat menurunkan risiko mendapat infeksi dari pasien, mencegah penularan flora normal dari paramedis kepada pasien, menurunkan transien flora kontaminan oleh tangan paramedis dari satu pasien ke pasien yang lain.
• Pengunjung
Untuk para pengunjung agar tidak membawa bakteri untuk ditularkan terhadap bayi sebaiknya dilkakukan edukasi pada para pengunjung bayi dan orang tua, anjurkan selalu melakukan cuci tangan saat masuk ruang perawatan dan hindari kontak dengan pasien yang lain.
Sedangkan diluar Rumah sakit agar tidak terjadi infeksi pada neonatal sebaiknya hindari faktor resiko bila mungkin, lakukan ASI Eksklusif, neonatus dimandikan minimal 3 kali dalam seminggu dengan air hangat, melakukan perawatan tali pusat, semua neonatus diberi salp mata profilaktif pada hari pertama kelahiran, hindari sumber infeksi dilingkungan bayi. Dan lakukan rujukan bila menemui tanda – tanda infeksi pada neonatus.
No comments:
Note: Only a member of this blog may post a comment.